Postingan

Perihal Ingin

Seringkali aku melihat dan kagum ketika ada seseorang yang memiliki ingin hingga mengejarnya walau harus menyibak rimbun beringin. Mereka adalah sosok yang kuat, yang dapat merubah putus asa menjadi harapan dan rapalan do'a. Ketika kabut mencoba menutupi dan mengembun membentuk peluh pada daun yang goyah, ia membelainya lembut. Mengucap bahwa peluh adalah yang membuatnya tumbuh. Subur bersama ribuan ingin yang mengakar dengan kukuh. Maka, izinkanlah aku ikut merapalkan do'a. Ikut serta mengaminkan setiap asa yang sedang ia rawat dan ia jaga.

Self Love

Akhir-akhir aku menyadari rupanya tumbuh dewasa tidak semudah itu ya, Semakin dewasa juga semakin kita menyadari bahwa kita tidak bisa menjaga semua orang untuk tetap tinggal. Ada beberapa yang memilih untuk pergi dan kita biarkan pergi. Ada beberapa yang hadirnya hanya untuk sekedar kita sapa. Namun, ada juga segelintir yang memilih untuk tetap ada. Beberapa waktu lalu aku menonton film "Story of Kale", film yang menceritakan tentang keluasan hati untuk melepaskan seseorang yang paling dikasihi. Film yang mengajarkan bahwa, sekuat apapun kita mencintai, yang pergi akan tetap pergi. Maka dari itu, segala rasa sekalipun cinta semestinya membuat kita merdeka.  Karna, kita tidak memaksa siapapun untuk tetap tinggal. Dan pada akhirnya, waktu akan memisahkan tiap-tiap pertemuan yang tercipta. Dan yang tersisa hanyalah diri sendiri. Satu-satunya yang menemanimu dari lelap hingga pagi, lagi dan lagi. Satu-satunya yang seharusnya paling dijaga. Dan satu-satunya yang seharusnya lebih ...

Akar

Mungkin kamu pernah mendengar bahwa semakin tinggi pohon tumbuh, maka ia akan berdiri kokoh karna akarnya akan menguat, berproses bersama tubuh dan dahan yang semakin mampu menopang. Tapi, bagaimana apabila pohon itu tumbang sedangkan sang akar tetap tertanam kokoh disana? Ada dua kemungkinan. Antara mati membusuk, atau tumbuh lagi dari benih kecil yang sedikit demi sedikit memberikan tanda bahwa kehidupan masih ada.

Sajak Pejalan

Mungkin sangat berat bagimu untuk bangkit dari keterpurukan dan kesedihan yang saat ini menimpamu. Didera cemas berkepanjangan dan ketakutan yang tiada habisnya, menyita keceriaan yang selama ini kamu rawat baik-baik dan menyamarkan canda yang selama ini kamu bagi. Dan saat ini, bahkan rasanya sangat kepayahan untuk menenangkan diri. Tiada yang mampu dirasa selain sesak dan perih yang datang kapan saja, terutama malam hari ketika jasad dan jiwa sedang ringkih-ringkihnya. Rasanya, hanya tidur yang mampu jadi tempat pelarian terbaik meskipun sementara hingga pagi menyapa lagi. Bangun, dan berusaha menyadari bahwa keadaan tidak bisa terus seperti ini. Bangkit, meskipun rasanya sakit. Bangkit, meskipun tertatih. Bangkit, meskipun sedikit demi sedikit. Berjalan terus, terus berjalan. Meskipun kita tak kunjung tahu akan ujungnya. Berjalan, sekuatnya. Hingga Tuhan menyampaikan maksudNya. 29 Januari 2020 22:56 Di tengah alunan Sisir Tanah - Lagu Pejalan ...

Hello, Stranger.

Waktu itu ketika matahari belum turun ke peraduannya, dan aku masih asik menghabiskan waktu melihat lini cerita di akun instagramku. Tiba - tiba ada pesan dari seseorang yang tak aku kenali nama dan wajahnya. "Hi.", sapanya singkat, "Hallo." Namanya Mas Erick, kupanggil dia Mas karena budaya jawa sangat kental sekali dengan penghormatannya kepada seseorang yang lebih tua, atau sering disebut dengan " Ngajeni ". Mas Erick adalah seseorang yang aku temukan di sosial media; Steller. Dia menaruh minat kepada kopi dan cerita travelling nya, melalui kemampuan dia memotret sesuatu membuatku tertarik untuk akhirnya mencari akun lain dan munculah akun instagramnya yang kemudian aku ikuti juga. Wow, dia adalah seorang fotografer rupanya. Dan keingintahuanku hanya berhenti sampai disitu. Hingga kemudian dia mengirim pesan untuk pertama kalinya. Percakapan terus berlanjut, dia adalah sarjana lulusan arsitektur dan dari sana dia mulai berbagi pengalaman...

Rumpang

Setiap pertemuan pasti berujung perpisahan, entah kapan tanggal mainnya. Ada beberapa yang sudah berencana, namun kebanyakan tidak menginginkannya. Tentunya bukan hal yang mudah untuk akhirnya menghadapi situasi diluar keinginan kita. Segala rasa sakit datang ketika kita belum benar-benar siap dengan semua, sesak tak terkira. Namun yang perlu kita mengerti bahwa tidak segala sesuatu bisa dipaksakan ketika sudah tak sejalan. Ada yang tersakiti untuk tiap pilihan, tinggal siapa yang direlakan dan siapa yang harus merelakan. Tidak ada yang salah ketika seseorang memilih untuk pergi, tidak ada yang salah ketika dua orang yang sudah hidup bertahun bersama   memilih untuk berjalan sendiri menemukan kebahagiaannya. Menghentikan luka yang sekian tahun menyiksa. Terluka, pasti.  Tidak ada yang baik-baik saja ketika dipaksa untuk hidup dalam rasa yang tak utuh lagi. Tiada lagi sapa yang bisa diucap, obrolan hangat yang bisa dinikmati dan teguran halus yang menyertai se...

Unity In Diversity : Women's March 2019

Gambar
Women's March Sabtu, 27 April 2019 Malam sebelum Hari-H aku sudah menyiapkan properti aksi yang diperlukan, yaitu poster.  Suatu media yang menyuarakan suara yang selama ini hanya tersimpan dalam benak karena masih banyak orang yang menutup mata bahkan telinga tentang isu - isu kemanusiaan yang terjadi di sekitar mereka. Women's March, disinilah wadah dimana kami mampu menyuarakan dan menyatakan tanpa rasa takut, tanpa rasa khawatir tak didengar, dan tanpa rasa cemas akan stigma karena di tempat ini kami bebas berekspresi dan menunjukkan warna tanpa takut berbeda,  unity in diversity not in uniformity . "IDGAF, HUMANITY FIRST!", adalah isi kepala yang akhirnya aku tuangkan di atas lembaran kardus dengan cat berwarna merah dan hitam, ditambah cap tangan yang menegaskan bahwa,"This is Me, A Humanist!". Akhirnya,  unek - unek   ku selama ini tersampaikan secara g a mblang karena pernah suatu ketika seseorang mengatakan bahwa aku terlalu liber...